RSS

Si Penyendiri

Aku anak yang penyendiri dan tinggal diduniaku sendiri. Aku anak yang banyak mempunyai problematika kehidupan. Aku anak bandel yang selalu bikin masalah dimanapun aku berada. Aku tidak punya sahabat, bahkan teman sekalipun. Aku anak orang kaya tidak kaya kasih. Dan aku, anak perempuan yang sangat takut sama badut. Itulah aku “si Penyendiri” yang hobi berdiam diri dibelakang Aula. Kenapa aku begini? Yang jelas banyak faktor, banyak alasan, dan banyak cerita. Si penyendiri akan memulai hari ini seperti biasanya.
Hari ini disekolah sama seperti biasanya dan seperti biasanya pula aku sudah duduk dikursi pojok paling belakang. Aku duduk sendiri. Tidak ada teman yang ingin duduk denganku. Aku tidak tau apa yang telah dipikirkan mereka sehingga mereka tidak mau duduk denganku. Aku rasa mereka tidak punya alas an untuk tidak mau duduk dengankku. Tapi kenyataannya, aku selalu sendiri . Aku tidak ambil perduli karena kupikir, tanpa mereka  juga pasti aku bisa menjalani sekolah ini sampai tamat. Kulihat guru Fisika masuk dengan gagahnya. Pasti dulu guruku tidak penyendiri seperti aku, makanya dia bisa sukses. Aku terlalu pesimis. Diam-diam aku selalu mengagumi guruku yang buntal. Tapi sepertinya dia tidak pernah menganggap aku ada dikelas ini. Nilai raportku selalu standar. Entah darimana ia bisa dapatkan nilai-nilaiku pada setiap bab karena aku sering bolos dan menyendiri bibelakang aula.

“teeeeeet….teeeeeeet…..teeeet…..”
Bel sekolah yang selalu kunanti. Aku berjalan keluar kelas sambil menunduk. Kudengar celotehan orang-orang yang aku lewati. Mereka melihatku sinis dan berkata “lihat tuh si Penyendiri”. Mereka orang-orang yang baik karena hanya selalu berkata dan tidak mengerjaiku. Surgaku sudah kutemukan. Dibelakang aula yang berhadapan dengan hutan, aku duduk dan mulai menyendiri. Aku nikmati udara segar itu dalam teduhnya pepohonan sekitar. Duniaku hidup kembali. Jika aku tamat dari sekolah ini, aku pasti akan merindukan tempat ini. Terkadang aku juga bingung, kenapa aku memilih sekolah negeri sekumuh ini?? Karena aku yakin, orang tuaku pasti mampu membiayaiku untuk masuk kesekolah yang jauh lebih baik dari sekolah ini. Kudengar samar bel tanda masuk bunyi kembali. Tapi aku enggan kembali dan masih harus ingin tetap disini. Sekarang pelajaran bahasa Indonesia yang kubenci. Aku benci gurunya karena selalu menjadikan aku sebagai siswa ejekan. Pemerintah salah besar telah memilihnya lolos sebagai guru teladan karena ia tidak punya panggilan jiwa untuk menjadi seorang guru. Ia cocoknya jadi seorang pelawak jalanan yang kenyang dengan lelucon. Kuraba saku seragam putih abu-abu. Tidak ada  permen karet yang biasanya melengkapi suasana si Penyendiri. Ya sudahlah, Aku terus diam dalam keheningan. Dan tertidur untuk beberapa saat. Tak terasa, ketika aku bangun. Sekolah sudah sepi dan tak ada manusia satupun. Gerimis mulai turun pada sore itu. Ternyata aku ketiduran sampai sore. Aku balik kekelas untuk mengambil tasku yang tertinggal. Kuhampiri mejaku yang sudah ada kertas bertulis. Kertas itu bertuliskan.

Jangan terlalu sering belet,
barusan guru bahasa Indonesia mencarimu,
dan dia memintamu untuk menemuinya!


Aku bingung karena untuk pertama kalinya guru bahasa Indonesia mencariku. Aku tidak perduli, pasti ia ingin menjadikanku sebagai bahan ejekannya lagi. Aku lelah dan seperti ingin bermimpi selamanya. Kutarik tas untuk berangkat ke rumahku yang tidak jauh berbeda dari neraka.
Dari luar orang pasti sudah terpesona dengan rumahku yang seperti istana. Tapi orang-orang akan tidak menginginkan dalamnya karena sering terjadi kerusuhan. Aku mulai memasuki ruang tamu. Seperti biasanya, aku sudah mendengar lagu pertengkaran ayah dan ibuku. Mereka memang sering bertengkar dan sudah mengajukan cerai ke pengadilan. Tema dari pertengkaran mereka tidak menentu, terkadang kudengar tentang masalah mengurus anak yang tidak becus, penghasilan ibu yang lebih tinggi dari ayah, bahkan terkadang mereka saling mencaci maki pasangan selingkuhan mereka masing-masing. Sungguh menarik. Aku menaiki tangga dan kulihat abangku keluar dari kamar bersama pacarnya. Pacarnya tersenyum sipu padaku. Aku tidak membalas senyuman itu karena aku tidak tau apa maksudnya. Aku berjalan lurus kekamarku namun sebelumnya aku melewati kamar abangku yang sangat kukagumi. Kulihat pintunya terbuka. Kumasuki dan dia sedang asyik bermain komputer. Sepertinya dia sedang mengerjakan tugas kuliah. Dia abangku yang paling sempurna. Dia sangat berbeda. Dia kuanggap segalanya. Aku duduk diatas tempat tidurnya sambil melihat abangku yang begitu serius. Sikapnya yang dewasa membuatku sangat mengagumi dan ingin seperti dirinya. Cuman dia orang satu-satunya yang normal dirumah ini.
“Bagaimana dengan sekolahmu?? Kenapa baru pulang??” dia bertanya disela-sela mengetik keyboard.
“ Hari ini terasa biasa saja karena aku belum punya teman”jawabku sambil berbaring ditempat.
Aku menerawang langit-langit kamar dan berkata
“aku lelah kak atas semua kehidupan ini”
“tapi setidaknya kamu masih punya keluarga dek…! Jangan mengeluh begitu, Tuhan tidak suka” jawabnya seperti sediakala.
Kelurga ini terlihat tidak seperti keluarga. Keluarga ini berantakan. Dengan apa aku harus memperbaikinya. Tidak adakah kesempatan untuk memperbaiki keluarga ini. Aku terlelap dikamar abangku. Dan terbangun saat ia menyuruhku makan malam. Makan malam juga seperti biasanya, selalu berdua. Terkadang bertiga bersama pembantu rumahku yang sudah sangat akrab dengan abangku.
000
Hari ini sekolah dimulai dengan pelajaran bahasa Indonesia. Aku tidak mau masuk pelajaran itu. Aku berjalan kebelakang aula. Sendiri aku disitu. Bertemankan alam yang terasa begitu tenang. Menyentuh aku untuk berimajinasi. Aku duduk dikursi itu. Kubuka tasku untuk mengambil permen karetku. Kulihat ada bungkusan kado. Dan terselip surat. Kubuka surat itu.

Saat 17 lilin itu kau tiup
jadilah kamu dalam kebahagiaan yang kau cari
lupakan sejenak dalam hari surammu
Suatu saat nanti,
Keindahan itu akan turun dengan sendirinya
Ingatlah…
Jangan seperti mereka-mereka yang kau lihat
Jadikan saja itu kenangan keluarga
Dan temukan keistimewahan dirimu

By : Rony



Aku benar-benar parah. Hari ulang tahunku saja aku bisa lupa. Kubuka kado itu perlahan. Ternyata sebuah buku diary yang indah. Yang dilengkapi dengan gembok agar orang tidak bisa membacanya. Aku tersenyum, karena aku tidak suka menulis.
“kenapa kamu ada disini?”Tanya suara lelaki yang sontak membuatku terkejut.
Aku menoleh kebelakang dan kulihat laki-laki muda seumuran dengan abangku. Mungkin dia siswa baru yang tidak tahu bahwa aku ini si penyendiri. Aku hanya diam dan kembali melihati buku diary yang baru saja menjadi milikku.
“boleh saya duduk??” Tanya lelaki itu lagi.
Aku mengangguk. Lelaki itu pun duduk disampingku. Aku hanya memandang sekitar. Lama-lama aku risih dengan keberadaannya karena menggangu ketenanganku.
“sebaiknya kamu masuk kelas, dan jadilah seperti murid kebanyakan”kataku singkat.
Ia tersenyum dan bertanya.
“kamu sendiri kenapa ada disini?”
“aku benci pelajaran bahasa Indonesia”
“kenapa?”tanyanya lagi.
“aku tidak suka gurunya”
“kena..” “bukan urunsanmu” jawabku memotong pembicaraannya.
Lagi-lagi dia tersenyum seperti ada yang lucu.
“ya jelas donk jadi urusanku…aku adalah guru bahasa Indonesiamu yang baru”
Hal itu sontak membuatku terkejut dan sangat-sangat terkejut. Aku memandanginya. Sepertinya aku sedang melakukan dosa besar.
“kenapa??bapak terlihat seperti siswa baru yang tampan ya..hahaha”sambungnya lagi. Aku hanya diam dan terus memandangi buku diaryku. Menunduk. Kami saling diam. Bapak beranjak dari tempat dudukku dan sebelumnya berkata.
“pertemuan berikutnya, kamu jangan bolos lagi. Oh ya, buku diarynya jangan hanya dipandangi saja, tapi tulislah sesuatu”guruku pun beranjak pergi lalu menoleh lagi “mulai sekarang kita berteman okey”
Aku memandanginya dengan tampang dingin.
Dihari ulang tahunku ini aku mendapatkan kejutan. Hari ini tidak biasa. Akan kutulis semua kisah ini untuk memulai diaryku.
Aku membuka-buka tas dan mencari pulpen. Rasanya dulu aku pernah punya pulpen. Tapi kenapa saat kucari pulpennya tidak ada. Aku sadari beberapa bulan terakhir ini aku tidak pernah mencatat.
“astaga…!!!”aku terkejut saat ada yang menggeliti pinggangku dengan suatu benda.
“hey penyendiri, kamu butuh ini kan?”katanya menyodorkan pulpen.
Dia lagi, dia lagi, dia lagi. Guru baru yang menyebalkan belum pergi juga. Aku diam dan tak mengambil pulpennya.
“knapa??pulpennya terlalu mahal ya untuk digunakan??saya masih punya stok pulpen kelas siswa kok…ini kan?”katanya sambil menunjukkan pulpen PILOT hitam.
Aku terus diam dan seolah tak ada yang bicara.
“atau kamu butuh uang ya untuk pergi ke THT mungkin?”katanya sambil tersenyum.
Aku menatap guruku dengan pandangan yang sangat tajam. Dia melihatku sambil tersenyum.
“mata kamu indah ya…pasti ibumu cantik??”
Aku beranjak dari tempat duduk. Dan langsung pergi. Kutinggalkan guruku.
000


27 september 2010
Dear diary
Aku bingung ingin berkata apa??
Ini kali pertama aku menulis diary…
Ini semua untuk menghargai kado pemberian kakakku tercinta…
Yang jelas dari hari ini,
Aku agak sedikit kesal dengan guru baruku, dia telah mengganggu ketenangan jiwa belakang aula…



-Si penyendiri-


Kututup diary itu,…
Aku berbaring ditempat tidur dan merasakan ketenangan. Dunia ini begitu unik. Tak pernah tahu apa yang akan Tuhan berikan padaku. Yang jelas aku menjalani apa yang telah Tuhan berikan.

to be continue...



1 komentar:

Unknown mengatakan...

Keren

Posting Komentar